Sebagai seorang pemimpin, kita seringkali menginginkan karyawan yang kita awasi agar:

  1. Dapat berbuat sesuatu yang lebih baik dari yang dilakukannya sekarang.
  2. Bekerja lebih cepat, giat dan cermat.
  3. Berhenti melakukan hal yang merintangi produktivitas.
  4. Berbuat sesuatu yang belum dilakukan sebelumnya, agar dapat meningkatkan produktiftas.

Kita menginginkan mereka UNTUK MENCIPTAKAN SUATU PERUBAHAN, agar dapat memiliki perilaku yang berbeda

Progress is impossible without change, and those who cannot change their minds cannot change anything – Albert Einstein

HALANGAN untuk BERUBAH

Berikut adalah beberapa hal umum yang menjadi penghalang bagi seorang manusia untuk berubah:

  1. Kehilangan Kendali

Perubahan bisa membuat seseorang kehilangan kendali terhadap sesuatu. Misalnya, perubahan sistem kerja – efisiensi lalulintas informasi dan kewenangan – membuat seseorang tidak lagi memiliki andil dalam suatu pengambilan keputusan.

  1. Rasa Ketidakpastian yang Berlebihan

Ada rasa ketidakpastian dalam diri seseorang dalam menghadapi perubahan: Apa yang akan terjadi setelah perubahan tersebut diimplementasikan? Hal-hal apa yang akan muncul – dari segi pandang negatif – setelah perubahan tersebut dilaksanakan?

  1. Terkejut

Perubahan yang cepat dan berkesan “tiba-tiba” membuat seseorang cenderung bingung dan bersikap protektif terhadap kondisi dan cara kerja yang lama, di mana seseorang telah cukup merasa nyaman dan aman dalam melakukannya.

  1. Pengaruh “Keberbedaan”

Seseorang cenderung menghindari “keberbedaan”. Konsep berpikir konservatif seperti ini tumbuh dari anggapan bahwa “keberbedaan” dianggap sebagai sesuatu yang aneh dan tidak pada tempatnya.

  1. Kehilangan Muka

Sekali lagi, perubahan dapat menyebabkan seseorang kehilangan muka dari karyawannya. Metode dan sistem kerja, pelaporan dan kontrol yang lebih baik dan efisien membuat karyawan tidak perlu lagi datang dan bertanya kepada atasannya, dan atasan tidak perlu melakukan kontrol sebanyak sebelumnya.

  1. Kemampuan di Masa Mendatang

Perubahan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja, dan memampukan seseorang untuk meningkatkan produktifitas kerja dan meningkatkan ketrampilan dan pengetahuannya. Hal ini tentu membuat seseorang merasa karirnya di masa mendatang terancam, dan berusaha untuk menghambat perkembangan tersebut. Padahal, peningkatan tersebut sebenarnya juga teraplikasikan terhadap dirinya sendiri.

  1. Penambahan Pekerjaan

Dalam rangka perubahan, ada kalanya dilakukan penambahan-penambahan tertentu untuk lebih meningkatkan kontrol, efektifitas kerja, dll. Seseorang cenderung untuk menolak penambahan tersebut karena merasa bahwa tugas dan tanggungjawabnya sudah terlalu besar untuk menerima tambahan pekerjaan tersebut. Namun ternyata ia tidak menyadari bahwa penambahan-penambahan tersebut dilakukan untuk membuat tugas dan tanggungjawab yang dipegangnya menjadi lebih teratur dan efisien, sehingga mampu mencapai peningkatan produktivitas yang diinginkan.

  1. Kekecewaan di Masa Lalu

Seseorang yang mengalami kekecewaan terhadap kegagalan perubahan-perubahan di masa lalu cenderung untuk menolak perubahan-perubahan di masa mendatang. Ia akan berpikir bahwa perubahan yang dilakukan akan membawa hasil yang sama dan hanya buang-buang waktu saja.

  1. Ancaman menjadi Nyata dan Terlihat Jelas

Semua ketakutan dan hambatan di atas tampak semakin jelas sejalan dengan bergulirnya perubahan yang dilakukan, apalagi hal-hal kecil dari ketakutan-ketakutan tersebut terjadi dalam proses perubahan tersebut.

  1. Efek Riak Air

Perubahan dianggap sebagai sesuatu yang berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar: Efek yang ditimbulkan akan menyebar bertambah luas dan semakin rumit dan semakin sulit dijalani. Anggapan inilah yang kemudian membuat seseorang ragu untuk melangkah dan melakukan perubahan

Ketakutan-ketakutan tersebut di ataslah yang pada umumnya menjadi hambatan utama bagi seseorang untuk mengambil langkah perubahan, walaupun perubahan tersebut memiliki peluang dan potensi positif bagi dirinya sendiri dan departemen yang dipimpinnya.

Untuk itu, perlu adanya usaha-usaha dari dalam diri sendiri – dan juga dari pihak lain – dalam rangka mengatasi hambatan-hambatan tersebut, sehingga ia pada akhirnya mampu merasakan keuntungan yang dihasilkan dari perubahan-perubahan tersebut.

Berkaca dari cerita “Mho Moves my Cheese”, ubahlah cara pandang dan cara kerja yang berada dalam zona nyaman, sehingga kita tidak terkejut ketika perubahan terjadi (Keju yang Habis)