Punya masalah dengan semangat kerja? Jangan gundah gulana, Anda tidak sendirian. Banyak orang lain yang punya problem serupa. Namun bukan tidak ada solusinya.
Hampir semua orang pernah mengalami gairah kerjanya melorot. “Itu lumrah”, kata Jansen Sinamo, ahli pengembangan sumber daya manusia dari Institut Darma Mahardika, Jakarta. Meski lumrah, “impotensi” kerja harus diobati.
Cara terbaik untuk mengatasinya, menurut Jansen, dengan langsung membenahi pangkal masalahnya, yaitu motivasi kerja. Itulah akar yang membentuk etos kerja. Secara sistematis, Jansen memetakan motivasi kerja dalam konsep yang ia sebut sebagai “Delapan Etos Kerja Profesional”. Sejak 1990, ia aktif mengkampanyekan gagasan itu lewat berbagai pelatihan yang ia lakukan
Etos Pertama
Kerja adalah rahmat
Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari Tuhan. Anugerah itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dari udara tanpa biaya sepeserpun.
Bakat dan kecerdasan yang memungkinkan kita bekerja adalah anugerah. Dengan bekerja, setiap tanggal muda (atau awal minggu bagi kawan-kawan Karyawan Harian) kita menerima gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja kita punya banyak teman dan kenalan, punya kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan, dan masih banyak lagi. Semua itu anugerah yang patut disyukuri. Sungguh kelewatan jika kita merespons semua nikmat itu dengan bekerja ogah-ogahan
Etos Kedua
Kerja adalah amanah
Apapun pekerjaan kita, pramuniaga, pegawai negeri, atau anggota DPR, semua adalah amanah. Pramuniaga mendapat amanah dari pemilik toko. Pegawai negeri menerima amanah dari negara . Anggota DPR menerima amanah dari rakyat. Etos ini membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya
Etos Ketiga
Kerja adalah panggilan
Apapun profesi kita, perawat, guru, penulis, semua adalah darma. Seperti darma Yudistira untuk membela kaum Pandawa. Seorang perawat memanggul darma untk membantu orang sakit. Seorang guru memikul darma untuk menyebar ilmu pengetahuan kepada para muridnya. Seorang penulis menyandang darma untuk menyebarkan informasi tentang kebenaran kepada masyarakat.. Jika pekerjaan atau profesi disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap pada diri sendiri,m“I’ m doing my best!” Dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika hasil karya kita kurang baik mutunya
Etos Keempat
Kerja adalah aktualisasi
Apapun pekerjaan kita, entah dokter, akuntan, ahli hukum, semua bentuk aktualisasi diri. Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa “ada”. Bagaimanapun sibuk bekerja, jauh lebih menyenangkan dari pada duduk bengong tanpa pekerjaan.
Secara alami, aktualisasi diri itu bagian dari kebutuhan psikologial manusia. Dengan bekerja, misalnya seseorang bisa berjabat tangan dengan rasa pede ketika berjumpa koleganya. “perkenalkan, nama saya Miftah dari Bank Kemilau”, keren kan?
Etos Kelima
Beribadahlah
Tak peduli apapun agama atau kepercayaan kita, semua pekerjaan yang halal merupakan ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata. Jansen mengutip sebuah kisah dizaman Yunani kuno sebagai berikut.
Seorang pemahat tiang menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mengukir sebuah puncak tiang yang sangat tinggi. Saking tingginya, ukiran itu tidak dapat dilihat langsung oleh orang yang berdiri disamping tiang. Orang-orang pun bertanya, buat apa bersusah-payah membuat ukiran indah ditempat yang tak terlihat? Ia menjawab, “Manusia memang tidak bisa menikmatinya. Tapi Tuhan bisa melihatnya”. Motivasinya telah berubah menjadi motivasi transendental.
Warisan tak ternilai . . .
Etos Keenam
Kerja adalah seni
Apapun pekerjaan kita, bahkan seorang penelitipun, semua adalah seni. Kesadaran ini akan membuat bekerja dengan enjoy seperti halnya melakukan hobi. Jansen mencontohkan Edward V. Appelton, seorang fisikawan peraih nobel. Dia mengaku, rahasia keberhasilannya meraih penghargaan sains paling bergengsi itu adalah karena dia bisa menikmati pekerjaannya. “Antusiasmelah yang membuat saya mampu bekerja berbulan-bulan di laboratorium yang sepi,” katanya. Jadi sekali lagi, semua kerja adalah seni. Bahkan ilmuwan seserius Einstein pun menyebut rumus-rumus fisika yang njelimet itu dengan kata sifat beautiful
Etos Ketujuh
Kerja adalah kehormatan
Seremeh apapun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan. Jika bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan lain yang lebih besar akan datang kepada kita.
Jansen mengambil contoh etos kerja Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan Indonesia kawakan ini tetap bekerja (menulis), meskipun ia dikucilkan di pulau Buru yang serba terbatas. Baginya, menulis merupakan sebuah kehormatan. Hasilnya, kita sudah mahfum. Semua novelnya menjadi karya sastra kelas dunia
Etos Kedelapan
Kerja adalah pelayanan
Apapun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercu suar, semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama. Pada pertengahan abad ke 20 di Prancis, hidup seorang lelaki tua sebatang kara karena ditinggal mati oleh istri dan anaknya. Bagi kebanyakan orang, kehidupan yang ia alami mungkin hanya berarti menunggu kematian. Namun bagi dia tidak.
Ia pergi kelembah Cavennen, sebuah daerah yang sepi. Sambil menggembalakan domba, ia memunguti biji oak, lalu menanamnya disepanjang lembah itu. Tak ada yang membayarnya. Tak ada yang memujinya. Ketika meninggal dalam usia 89 tahun, ia telah meninggalkan sebuah warisan luar biasa, hutan sepanjang 11 kilometer! Sungai-sungai mengalir lagi. Tanah yang semula tandus menjadi subur. Semua itu dinikmati oleh orang yang sama sekali tidak ia kenal.
Di Indonesia semangat kerja serupa bisa kita jumpai pada Mak Eroh yang membelah bukit untuk mengalirkan air ke sawah-sawah di desanya di Tasikmalaya, Jawa Barat. Juga pada diri almarhum Munir, aktivis Kontras yang giat membela kepentingan orang-orang yang teraniaya.
”Manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan dilengkapi keinginan untuk berbuat baik”, kata Jansen. Dalam bukunya Ethos 21, ia menyebut dengan istilah rahmatan lil alamin (rahmat bagi sesama).
“It’s not doing the think we like, but liking the think we have to do that makes life happy”
Pilih Cinta atau Kecewa
Menurut Jansen, kedelapan etos kerja yang ia gagas itu bersumber pada kecerdasan emosional-spiritual. Ia menjamin, semua konsep etos itu bisa diterapkan disemua pekerjaan.
“Asalkan pekerjaan yang halal”, katanya. “Umumnya, orang bekerja itu kan hanya untuk nyari gaji. Padahal itu punya banyak sisi”, katanya.
Kerja bukan hanya untuk mencari makan, tetapi juga mencari makna. Rata-rata kita menghabiskan 30 – 40 tahun untuk bekerja. Setelah itu pensiun, lalu manula, dan pulang ke haribaan Tuhan. “manusia itu mahluk pencari makna. Kita harus berpikir, untuk apa menghabiskan waktu 40 tahun bekerja. Itu kan waktu yang sangat lama”, tambahnya.
Ada dua aturan sederhana supaya kita antusias pada pekerjaan. Pertama, mencari pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat. Dengan begitu, bekerja akan terasa sebagai kegiatan yang menyenangkan.
Jika aturan pertama tidak bisa kita dapatkan, gunakan aturan kedua: kita harus belajar mencintai pekerjaan. Kadang kita belum bisa mencintai pekerjaan karena belum mendalaminya dengan benar. “Kita harus belajar mencintai yang kita punya dengan segala kekurangannya”, kata sarjana Fisika ITB yang lebih suka dengan dunia pelatihan sumber daya manusia ini.
Hidup hanya menyediakan dua pilihan: mencintai pekerjaan atau mengeluh setiap hari. Jika kita tidak bisa mencintai pekerjaan, maka kita hanya akan memperoleh “5 ng”: ngeluh, ngedumel, ngegosip, ngomel dan ngeyel. Jansen mengutip filsuf Jerman, Johann Wolfgang von Goethe, “It’s not doing the think we like, but liking the think we have to do that makes life happy”.
“Dalam hidup, kadang kita memang harus melakukan banyak hal yang tidak kita sukai. Tapi kita tidak punya pilihan lain. Tidak mungkin kita mau enaknya saja. Kalau suka makan ikan, kita harus mau ketemu duri”. Ujar pria yang sering disebut Guru Etos ini.
Dalam dunia kerja, duri bisa tampil dalam berbagai macam bentuk. Gaji yang kecil, teman kerja yang tidak menyenangkan, atasan yang kurang empatik, dan masih banyak lagi. Namun justru dari sini kita akan ditempa untuk menjadi lebih berdaya tahan.
Keep up the fantastic work! Kalorifer Sobası odun, kömür, pelet gibi yakıtlarla çalışan ve ısıtma işlevi gören bir soba türüdür. Kalorifer Sobası içindeki yakıtın yanmasıyla oluşan ısıyı doğrudan çevresine yayar ve aynı zamanda suyun ısınmasını sağlar.
Keep up the fantastic work! Kalorifer Sobası odun, kömür, pelet gibi yakıtlarla çalışan ve ısıtma işlevi gören bir soba türüdür. Kalorifer Sobası içindeki yakıtın yanmasıyla oluşan ısıyı doğrudan çevresine yayar ve aynı zamanda suyun ısınmasını sağlar.